Sebelumnya, semua baik-baik saja

Sebelumnya, semua baik-baik saja

Sungguh, sebelumnya semua baik-baik saja.

Hidup dengan seperti biasanya,

Hidup dengan sebagaimananya,

Hidup dengan tanpa takut dihantui rasa.

Dulu aku tidak pernah sekosong itu.

Dulu aku mampu berdiri sendiri dengan waktu.

Dulu aku sangat acuh tentang sendu.

Entah mengapa,

Benar-benar entah mengapa,

Semua menjadi seberat ini.

Tiba-tiba merasa sedih,

Tiba-tiba merasa kehilangan,

Tiba-tiba merasa kosong.

Memangnya apa yang aku cari?

Aku pun tidak tau.

Menyedihkan ketika dalam perasaan seperti ini, satu-persatu orang yang aku percaya menghilang.

Hingga tersisa sedikit yang bersedia menemani.

Entah apakah nantinya semua akan menghilang dan hanya aku seorang diri.

Namun bukankah manusia pada waktunya juga akan ‘pergi’ dalam keadaan sendiri?

Halo! Mau cerita dong hehehehh. Jadi beberapa hari terakhir aku sedang dirumitkan oleh satu dan lain hal. Oke, cerita ini akan aku buka dengan satu pertanyaan, “Kenapa ya aku terkadang selalu denial sama diri sendiri?” Terutama ketika lagi sedih, selalu menyangkal dengan “Aku sedang baik-baik saja dan gak ada yang perlu dipermasalahkan”. Ini gak satu atau dua kali terjadi, hampir selalu. Tapi ada masanya ketika malam hari dan lagi diem di kamar, aku akan selalu mikir dan merenungkan segala macam permasalahan yang ada kemudian mengamini satu pernyataan “Iya, aku lagi gak baik-baik aja.”.

Terkadang ngerasa capek juga harus terlihat baik-baik aja di depan banyak orang, pasang muka bahagia seolah ga punya beban hidup. Banyak temen-temen yang sering bilang kalau aku selalu terlihat bahagia dan jarang nunjukin muka sedih. Bener emang, aku cuma pengen orang lain tau bahagiaku aja, sedihnya disimpen buat diri sendiri. Tapi sekali lagi, ketika sedih aku akan merasa bahwa diriku sedang baik-baik aja. Kalau kaya gini jatuhnya toxic ke diri sendiri gak ya? Iya mungkin.

Beberapa hari terakhir juga, ada sesuatu yang bikin hati ga nyaman dan jadi bikin sedih, menyangkut seseorang. Jujur aku sendiri semestinya gak perlu mempermasalahkan hal ini, tapi gak tau kenapa semakin denial malah semakin kepikiran. Aku ada salah apa ya sama orang itu? Apa aku salah bicara? Apa aku salah bertindak? Engga tau deh. Kalau misalkan memang aku ada salah, nantinya ketika sudah kembali berkomunikasi aku akan minta maaf.

Iya udah gitu aja, gak usah banyak-banyak. Note to myself, sedih gapapa, tapi jangan terus-terusan. Gak baik buat kesehatan, kamu tuh gampang sakit, Rin.