Tertampar
9/29/2017 10:46:00 PMAroma petrikor yang timbul akibat hujan menusuk tanah semalam menyadarkan laring hidung. Dengan hati yang selalu terkungkung, aku mencoba mencari atmamu dalam setiap lengkung.
Aku memang bodoh,
Sangat.
Tidak seharusnya aku memberikan hatiku padamu. Hanya karena rupamu aku diam membisu. Dan ini bukanlah hal yang aku mau, aku terbunuh dalam pukaumu.
Perkenalan kita bisa dikatakan sangat singkat, namun kamu berhasil membuat hatiku terpahat. Hari demi hari berjalan cepat, kamu menunjukkan perbedaan gelagat.
Aku memang bodoh,
Sangat.
Setelah semua hal yang mampu membuatku berharap tinggi, kamu memutuskan untuk pergi. Kamu mengucap pamit, hatiku merasa pahit.
Merelakan bukan-lah hal yang mudah, aku-pun tak mampu melakukannya bahkan sangat payah. Perkataanmu semalam itu berhasil membuatku rubuh, sampai airmataku tak lagi utuh.
Sabarku telah terbentang dan melintang, namun perasaanku kau anggap gampang.
Selamat tinggal, jiwa yang telah sanggup membuat hatiku berpendar. Berharap agar aku cepat tersadar, segera menghindar, dan tak lagi mengikuti kemana bayangmu mengedar.
Semoga aku cepat melupakan, tak lagi merintih kesakitan.
0 comments