Mengapa Tuhan lebih sering mendatangkan ajal lebih cepat kepada orang-orang baik dan memiliki keinginan untuk hidup? Sedangkan orang-orang tersesat yang sudah menyerah dan punya banyak kesalahan malah diberikan kesehatan raga dan waktu untuk hidup lebih lama? Mengapa Tuhan tidak menukar nasib orang baik dan orang tersesat itu agar dunia penuh dengan kebaikan, agar dunia tidak sesak akan keburukan dan segala perasaan untuk menyerah dan mengakhiri segalanya?
Mungkin sebagian orang berpikir, “arin kemana ya ga pernah kelihatan?” mungkin sebagian orang juga tidak peduli. Aku pun baru menyadarinya ketika ada beberapa teman yang mencari, “kemana aja kok ga pernah keliatan?” tanya mereka. Ketika aku ingat-ingat kembali, ternyata benar sudah dua tahun lebih aku tidak membuka akun utama sosial mediaku. Sejujurnya aku tidak mengerti kenapa aku bisa sangat betah, atau mungkin lebih tepatnya adalah aku tidak mengerti bagaimana caranya agar bisa keluar dari zona yang melelahkan ini. Aku seperti terperangkap, menunggu pertolongan, namun aku pun tidak tau ingin meminta tolong kepada siapa. Untuk sekadar mengobrol dengan teman lama pun aku tidak punya banyak energi.
Mungkin sebagian orang berpikir aku egois karena tidak pernah menemui mereka, aku egois tidak pernah mengontak mereka terlebih dahulu, tapi percayalah aku pun sebenarnya juga tidak ingin seperti ini. Aku sangat ingin kembali menjadi diriku seperti tahun-tahun sebelumnya dimana aku memiliki baaaaanyak energi untuk bepergian kesana-kemari bersama kalian, tapi sekarang untuk sekadar menyapa teman kosan pun rasanya sangat melelahkan, rasanya selalu ingin menghindar. Beberapa hari ini pun aku hanya mampu mengurung diri di kamar, sudah sekitar satu minggu aku tidak keluar.
Aku selalu ingin berbicara panjang lebar dengan kalian, hanya saja aku tidak tau bagaimana cara memulainya. Di lain sisi aku juga tidak ingin membebani kalian dengan cerita yang sungguh melelahkan ini. Aku takut membuat kalian tidak nyaman.
Untuk itu, maaf ya apabila aku tidak bisa menemui kalian untuk beberapa saat ini, maaf aku tidak bisa menghubungi kalian terlebih dahulu.
I know I shouldn’t apologize for being this way, but still, I am truly sorry.
Aku hanya butuh sedikit waktu untuk mencoba berdiri kembali. Semoga secepatnya kita bisa bertemu kembali dengan keadaan yang lebih baik, ya!
yaa Allah… capek!
gak pernah nyangka kalau akan merasakan fase ‘menghilang’ akibat dari rasa ‘sakit’. menghilang aja udah capek banget, apalagi kalau harus tetap terlihat baik-baik aja. gak sanggup.
merasa toxic ketika sedang sakit tapi bukannya berusaha untuk membaik malah rasa sakit itu dipelihara selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
sumpah capek. rasanya badan dan raga itu kayak kosong aja gitu, gak merasa hidup dan gak merasa mati. setiap hari kerjaannya cuma bengong, mikir, sedih, mikir lagi. setiap hari kebingungan gimana caranya keluar dari fase ini. rasanya udah gak punya tenaga, gak punya motivasi, gak punya keinginan apa-apa. sebenernya takut kalau sampai nanti bakalan terus kayak gini, tapi gimana ya? aku sendiri pun juga masih merasa ‘berat’ untuk gak memikirkan ini semua.
alhasil gak ada keinginan untuk beranjak. memang dari dulu ketika lagi sakit aku akan ‘berkabung’ selama kurang lebih satu tahun. tapi ini gak bisa dianggap wajar, umur udah 22 tahun dan harus mengubah kebiasaan menjadi lebih baik. tapi gimana yaaaa? susah banget:(
Ketika hendak meninggalkan peristirahatan sementara, aku tidak akan berlari.
Aku tidak akan melupakan tempat dimana aku menghabiskan waktu untuk beristirahat. Aku akan menikmati dan memulai kembali perjalanan yang telah lama ku mulai. Karena tempat-tempat itu memberi banyak kekuatan sehingga aku dapat melanjutkan kembali perjalanan tak berujung ini. Tempat itu terlalu indah untuk ditinggalkan begitu saja.
Aku tidak bisa dan tidak akan berlari.
Sesaat sebelum melanjutkan perjalanan, Aku akan berusaha untuk meninggalkan sesuatu yang harus ditinggalkan pada tempatnya masing-masing. Namun apakah ketika meninggalkan itu semua hatiku akan merasa lebih ringan? Aku tak tahu. Yang jelas, tempat itu terlalu indah untuk ditinggalkan begitu saja.
(31 maret 2022 — 14.22 // dalam kereta perjalanan malang-kediri)
26 Maret 2022,
Aku tidak mengerti mengapa fisik dan psikis dari tubuh ini kian hari makin melemah. Selalu takut untuk bertemu seseorang. Bahkan terlalu sering menghindar dan tidak menginginkan pertemuan dengan orang lain. Tubuh ini hanya akan merasa ‘aman’ ketika bersama dengan orang terdekat. Memang tidak baik dan tidak seharusnya diwajarkan. Tapi entah bagaimana rasanya, pertemuan-pertemuan itu malah membuatku takut dan merasa mual. Aku akan selalu gemetar dan (maaf) memuntahkan isi perutku ketika ‘hanya’ akan bertemu dangan seorang manusia. Mungkin terdengar aneh, tapi memang sudah seperti itu semenjak lima tahun terakhir. Aku pun tidak mengerti apa penyebab dari reaksi ini, tetapi aku selalu berharap semoga keadaanku akan membaik seiring berjalannya waktu.